BELAJAR DARI PERANG AHZAB

Akhlak30 Views

Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.
[Surat Al-Ahzab: 22]

JIC– Menurut Sirah Ibnu Hisyam, II: 214, Perang Khandak atau Perang Ahzab terjadi pada bulan Syawwal tahun kelima Hijriah, salah satu peperangan yang memiliki pengaruh dalam sejarah Islam dan umatnya dan turut menentukan perjalanan dakwah Islam.

Syaikh Abul Hasan ‘Ali al-Hasan an-Nadwi dalam As-Sirah an-Nabawiyyah menjelaskan perang tersebut disebabkan oleh provokasi kaum Yahudi. Sekelompok orang dari Bani Nadhir dan dari Bani Wa’il pergi mendatangi kaum Quraisy di Makkah. Mereka mengajak kaum Quraisy untuk memerangi Rasulullah saw. Padahal kaum Quraisy sudah pernah mencobanya dan kalah. Karena bujuk rayu utusan kaum Yahudi maka kaum Quraisy terbujuk dan menyambutnya. Berangkatlah mereka menemui suku Ghathfan sehingga bergabung pada pasukan koalisi atau pasukan sekutu dengan 6.000 prajurit, dan warga Yahudi membayar kepada suku Ghathfan seluruh buah-buahan Khaibar dalam waktu satu tahun. Suku Quraisy 4.000 prajurit dan suku Ghathfan 6.000 prajurit sehingga keseluruhan 10.000 prajurit, turut bergabung Bani Quraizhah dan Bani Nadhir dengan pemimpinnya Huyai bin Akhthab yang sebenarnya sudah terikat perjanjian dengan umat Islam, seluruh pasukan mereka dipimpin Abu Sufyan. Adapun jumlah pasukan umat Islam tidak lebih dari 3.000 prajurit. Syahid 6 orang dari sahabat.

Saat itulah sahabat Salman al-Farisi mengusulkan pembuatan parit di luar Madinah, di antara strategi perang Persia pada saat itu. Lalu Rasulullah saw menerima pendapatnya dan memerintahkan untuk menggali parit di tanah datar yang terletak di sebelah barat laut Madinah, yakni sisi yang terbuka, yang dikhawatirkan adanya serangan pihak musuh dari arah tersebut

Kondisi saat perang Ahzab, cuaca sangat dingin, kelaparan namun kaum muslimin senantiasa mengucapkan pujian kepada Allah, selalu bersemangat, tidak mengeluh dan tidak merasakan lelah. Maka Rasulullah saw berdo’a,

“Ya Allah. Sesungguhnya pahala itu adalah pahala akhirat, rahmatilah kaum Anshar dan kaum berhijrah, Maka para sahabat menyambutnya, Kami adalah orang-orang yang bersumpah setia kepada Muhammad, untuk selalu berjihad selama kami masih hidup di dunia”
(Diriwayatkan al-Bukhari dalam Shahihnya dari Anas ra)

Bentuk pertolongan Allah dalam peperangan ini; masuk Islamnya Nu’aim bin Mas’ud al-Ghathfani, janji Allah tentang penaklukan kaum muslimin terhadap negeri Yaman, negeri Syam dan Maghrib (bagian barat), serta penaklukan negeri Masyrik (Timur), pecahnya pasukan sekutu, Allah mengirimkan angin topan dan pasukan yang tidak terlihat pada pasukan sekutu sehingga mereka bercerai berai

Di antara pelajaran dari Perang Ahzab; Pertama, Keteladanan Rasulullah saw sebagai pemimpin. Beliau turun langsung membantu penggalian parit, mencangkul, mengangkat debu dan tanah dengan alat pikul. Juga ikut mengangkat suara bersama para pelantun syair. Para sahabat merasa terhibur dan meringankan beratnya kondisi mereka saat itu sehingga tetap semangat, yakin akan menjemput kemenangan.
Ada ungkapan,

لسان الحال افصح من لسان المقال
Keteladanan itu lebih tajam pengaruhnya dibanding ucapan

Kedua, Menunjukkan karakter orang-orang beriman; selalu yakin akan janji Allah, tulus ikhlas dalam ucapan dan perbuatan, yaitu kesabaran pasukan muslimin dalam memikul tugas-tugas peperangan, berjuang secara maksimal, saat cuaca sangat dingin dan kelaparan yang menerpa. Bergabungnya pasukan musuh malah menguatkan keimanan mereka, tunduk kepada perintah-perintah Allah

Ketiga, Penggunaan strategi perang yg tepat meski milik pasukan Persia. Rasulullah saw sebagai panglima perang bersedia menerima usulan Salman al-Farisi terkait taktik, strategi perang. Beliau membuka diri, komunikatif dalam menerima ide-ide segar sahabat dan bawahannya untuk mencapai kemenangan

Keempat, Percaya kepada pimpinan, dalam hal ini kepada Rasulullah saw. Pasukan muslimin bersikap taat sebagai buah dari pemahaman yang mereka yakini. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Yakin dengan segala instruksinya dan berperang dengan penuh daya juang, karena tidak ada kemenangan yang datang dengan instan

Kelima, Kekuatan do’a. Rasulullah saw berdo’a penuh khusyu’,
“Ya Allah yang menurunkan al-Kitab dan Maha Cepat perhitungan-Nya, kalahkanlah pasukan Ahzab. Ya Allah, kalahkanlah mereka dan porak porandakanlah mereka”
(HR. Muslim)

*Diangkat dari artikel berseri Ayat-Ayat Pendidikan yang ditulis oleh, Ustadz Arief Rahman Hakim, M.Ag, Kepala Sub Divisi Pendidikan dan Pelatihan PPPIJ

The post BELAJAR DARI PERANG AHZAB appeared first on Jakarta Islamic Centre.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *