MERAYAKAN HARI KEMENANGAN SEJATI

Akhlak44 Views

JIC- Suara kumandang takbir tak lama lagi akan bersahut-sahutan menghiasi langit malam hari sebagai pertanda hari kemenangan telah tiba. Di saat itulah, seorang anak yang telah ditinggal oleh ibu atau ayahnya akan mulai merasakan kerinduan yang luar biasa terhadap sosok ibu dan ayahnya yang selama ini selalu memeluk, membelai dan mencium sang anak. Terbersit sorot mata almarhum sang Ibu yang selama ini selalu hangat menyambut anaknya di tengah kondisi apapun yang dialami sang anak. Terbayang pula wajah sang ayah yang selama ini selalu bekerja keras demi memenuhi kehidupan seluruh keluarga untuk menjaga marwah keluarga walau terkadang sang ayah harus berjibaku dengan berbagai macam situasi kesulitan.

Begitu pula bagi yang sudah ditinggal oleh suami atau istrinya, atau yang ditinggal oleh anak atau  handai taulannya. Tawa, kesedihan, senda gurau dan tingkah laku mereka selalu hadir menemani hari hari kita selama mereka hidup. Hari raya selalunya menjadi momentum keceriaan bagi semua keluarga dan handai taulan. Selalu ada saja cerita yang diobrolkan, dikenang dan diresapi sebagai kenangan indah ketika semua keluarga berkumpul. Tapi, tidak semuanya beruntung, mungkin ada salah satu anggota keluarga sudah mendahului kita, bisa jadi itu orang tua kita, nenek atau kakek kita, istri atau suami kita, anak atau saudara kita, maka suasana hari raya kali ini tentu lah tidak sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Ada yang hilang dan terasa menyayat hati ketika momen momen indah  bersama mereka  tiba tiba terlintas dalam pikiran atau hati kita. Terkadang kita hanyut dan tak berdaya sesaat karena kerinduan yang mendalam, seolah-olah dunia terasa sepi dan sunyi menemani kerinduan tersebut.

Tentu kita bertanya, apakah momen momen indah yang pernah kita alami bersama orang orang yang kita sayangi tersebut bisa kita ulangi kembali ?. Allah SWT. memastikan bahwa seluruh manusia tanpa terkecuali akan dikumpulkan di akhirat kelak. Hanya saja nasib setiap manusia pada akhirnya hanya berujung pada dua tempat yaitu  surga atau neraka (QS. Al-Baqarah : 81 – 82). Bagi yang dikumpulkan seluruh keluarganya di alam surga tentunya mereka akan merasakan kenikmatan yang luar biasa, karena momen-momen indah yang pernah terjadi di dunia akan dapat terulang kembali dan berlangsung abadi selamanya. Sedangkan bagi yang terpisah, karena ada yang masuk kedalam neraka, tentunya menjadi hal yang sangat menyedihkan.

Agar seluruh keluarga kita dapat bertemu kembali di surga dan saling mengenali dan berdialog antara satu dengan yang lainnya, maka Allah SWT. memerintahkan kita untuk mengikuti keimanan yang sudah dicontohkan oleh generasi sebelumnya dari keluarga kita (QS. At-Thur : 21). Iman yang dimaksud adalah iman yang benar tanpa kesyirikan, iman yang menghantarkan pada keikhlasan dan perbuatan amal shaleh. Iman yang didapat dari ilmu berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. sehingga bisa menumbuhkan pengorbanan dan komitmen dalam mempertahankan keimanan tersebut. Syarat keimanan yang diikuti amal saleh (QS. Ar-Ra’d : 23) menjadi kunci untuk berkumpulnya seluruh keluarga kita nantinya di surga kelak.

Bagi yang keluarganya dimasukkan oleh Allah SWT. ke dalam neraka, Allah SWT. memberikan jalan keluar agar bisa kita selamatkan, dalam hadis yang diriwayatkan imam Ahmad, dikatakan bahwa orang tua yang nantinya diangkat derajatnya oleh Allah SWT. ke surga maupun diselamatkan dari siksa api neraka kebingungan kenapa dia bisa mendapatkan derajat tersebut, kemudian Allah SWT. menjelaskan bahwa derajat baik di surga yang dia dapatkan karena doa ampunan yang selalu dipanjatkan oleh anaknya. Tetapi dalam hadis yang lain, tidak tertutup kemungkinan seorang anak justru dapat menyeret orang tua ke dalam neraka, karena seorang anak protes bahwa dia tidak pernah dididik secara benar menurut agama Islam selama hidup di dunia, sehinggalah orang tua yang tadinya sudah mendapatkan tempat di surga akhirnya batal karena kecuaian si orang tua selama ini yang  tidak membimbing anaknya secara baik.

Selain doa yang dilantunkan terus menerus oleh seorang anak, maka ada lagi jalan keluar lain yang Allah SWT. berikan untuk menyelamatkan seluruh anggota keluarga yang sudah terlanjur dimasukkan ke dalam neraka, yaitu syafaat para penghafal Al-Qur’an (Hafizh) yang melaksanakan apa yang dihafalkannya dimana dia menghalalkan apa yang dihalalkan dan mengharamkan apa yang diharamkan dalam Al-Qur’an (HR. At-Tirmidzi : 3069). Penghafal ini bisa menyelamatkan hingga 10 orang ahli keluarganya, bayangkan jika di keluarga kita ada 3 saja para Hafizh Qur’an, maka mereka lah yang bisa menyelamatkan hingga 30 orang ahli keluarga yang ditakdirkan masuk neraka karena amal perbuatannya. Sebuah keistimewaan yang luar biasa yang Allah SWT. berikan kepada para Hafizh Qur’an, dimana mereka bisa memberikan syafaatnya di hari-hari yang saat itu  tidak ada lagi pertolongan kecuali syafaat dari Rasulullah SAW.

Begitu indahnya ajaran Islam ini, hinggapun pengadilan Allah SWT. telah ditetapkan siapa yang akan dimasukkan ke dalam surga maupun ke neraka, tetapi karena kasih sayang Allah SWT. kepada orang-orang yang beriman, maka Allah SWT. memberikan kesempatan untuk adanya pemberian syafaat untuk bisa menyelamatkan sebanyak mungkin anggota keluarga yang sudah terlanjur divonis masuk neraka. Bayangkan betapa bahagianya orang tua, adik, kakak, paman, bibi dan seluruh handai taulan ketika tahu mereka dapat diselamatkan oleh ahli keluarganya yang selama hidup di dunia selalu menghafal Al-Qur’an. Sebuah kebahagiaan sejati dan sempurna yang Allah SWT. berikan pada saat saat kritis di akhirat kelak. Oleh sebab itu, sudah seharusnya dalam sebuah keluarga besar seorang Muslim harus ada generasi penghafal Qur’an di dalam keluarga tersebut sebagai tameng akhir penyelamat ahli keluarga di akhirat  kelak.

Setelah seluruh keluarga akhirnya bisa bersatu di alam surga, maka kebahagiaan di surga akan semakin sempurna ketika seluruh keluarga yang dulu pernah mendahului bisa kita temui dan bercengkrama sebebas-bebasnya mengenang momen-momen indah ketika dulu hidup di alam dunia (Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah 54/214). Setiap orang akan mengenang betapa Allah SWT. memberikan kenikmatan yang dulu ada dunia dan juga sekarang ditemui di surga dengan kadar yang berlipat ganda (QS. Al-Baqarah : 25) dan penduduk surga juga bersyukur karena Allah SWT. menjaga mereka dan keluarganya selama hidup di dunia untuk tetap bisa melakukan ketaatan sehingga bisa selamat dari azab Allah SWT. (QS. At-Thur : 25–28).

Berkumpulnya seluruh keluarga kita bersama-sama di surga dan terus berada dalam kebahagiaan tanpa henti adalah kemenangan yang sejati, kebahagiaan tanpa jeda kesedihan, keceriaan berkumpul bersama saudara dan handai taulan akan terus berulang tanpa ada lagi yang pergi mendahului kita ke alam lain. Kemenangan sejati seperti ini yang harus menjadi tujuan utama dalam hidup kita, setelah kita berpuasa sebulan penuh dengan harapan mendapat pahala dan ampunan dari Allah SWT., maka kita sedikit merasakan kemenangan yang sementara yaitu berlebaran merayakan keberhasilan ibadah puasa dengan makanan yang berlimpah, baju yang baru maupun berkumpul bersama keluarga kita. Kemenangan yang kita sebut dengan Iedul Fihtri ini harus memacu kita untuk tetap istiqomah mengejar kemenangan yang sejati tadi. Sehingga pada saatnya nanti, ketika Allah SWT. memasukkan kita ke dalam surgaNya, maka kita harus juga bisa memastikan bahwa istri kita, suami  kita, anak-anak kita dan saudara -saudara yang kita sayangi selama hidup di dunia ini bisa bersama-sama merayakan kemenangan sejati tersebut di alam surga kelak. Insya Allah. Wallahu’alam Bishawwab.

Artikel ditulis oleh: Ustdz DR. Taufik Hidayat. M.Sc (Kasubdiv Konsultasi dan Pelayanan Umat PPPIJ)

 

 

The post MERAYAKAN HARI KEMENANGAN SEJATI appeared first on Jakarta Islamic Centre.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *